ITIK ALABIO
Usaha tani itik alabio
telah dilakukan sejak lama di Kalimantan Selatan dan merupakan usaha pokok
masyarakat terutama di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Beternak itik ini dapat
memberikan kontribusi yang memadai terhadap pendapatan keluarga. Skala
kepemilikan bervariasi antara 200 hingga 7000 ekor/peternak. Usaha tani itik
alabio kini sudah mengarah ke spesialisasi usaha yaitu produksi telur tetas, telur
konsumsi, penetasan dan pembesaran.
Pengembangan itik
alabio cukup prospektif karena ditunjang oleh ketersediaan bibit dan
pasar,keterampilan peternak yang memadai, sosial budaya dan dukungan pemerintah
daerah.
Permasalahan dalam
beternak itik alabio adalah belum adanya standarisasi bibit, kualitas pejantan
menurun, pencatatan produksi belum optimal, mahalnya harga pakan, ketersediaan
bahan pakan lokal bergantung pada musim serta penanganan pasca panen dan penyakit
yang belum memadai.
Untuk mengatasi
permasalah di atas tersebut, dapat dilakukan pemetaaan wilayah untuk pemurnian
itik alabio atau pembangunan village bredding center, penyuluhan tentang
pencatatan produksi yang baik, seleksi pejantan unggul, pembuatan formula pakan
yang berkualitas dan harga murah dengan memberdayakan sumber-sumber bahan pakan
lokal, perbaikan penanganan pascapanen serta pencegahan dan pengendalian
penyakit secara intensif terutama diruang penetasan dan lingkungannya.
Keunggulan
itik alabio
- Keragaan itik alabio meliputi hal-hal seperti berikut :
- Produksi telur, 220 – 250 butir/ekor/tahun
- Puncak Produksi 92,70%
- Bobot Telur, 59 – 65 gram/butir
- Konsumsi Pakan, 155 – 190 gram/ekor/hari
- Dewasa Kelamin, 179 hari
- Daya Tunas, 90,38%
- Daya Tetas, 79,49 – 80 %
- Mortalitas setelah menetas, 0.75 – 1%
- Bobot Badan Betina umur 6 bulan, 1.60kg
- Bobot Jantan umur 6 bulan, 1.75 kg
(Rohaeni dan Tarmudji
1994; BPTP Kalimantan Selatan 2005;Suryana dan Tiro 2007)
Standar SNI Itik
Alabio Jantan
itik duo,bisa pedaging
bisa petelur,trubus exo
Standar SNI Itik
Alabio Betina
itik duo,bisa pedaging
bisa petelur,trubus exo
Di samping itu,
menurut Biyatmoko (2005a), itik alabio ini termasuk itik lokal unggul yang
memiliki dwi fungsi karena selain mampu memproduksi telur yang tinggi,
rata-rata 214,72 butir/tahun juga potensial sebagai penghasil daging di
bandingkan dengan itik lokal lainnya. Dengan berbagai keunggulan yang
dimiliki itik alabio, maka pada tahun 1996, Balai Penelitian Ternak
Ciawi, Balitnak Bogor melakukan persilangan antara itik mojosari dan alabio
yang menghasilkan bibit itik (final stock) yang unggul dibandingkan tetuanya.
Dan pada tahun 2002
diadakan kerjasama antara Balitnak Ciawi Bogor dengan Balai Pembibitan Ternak
Unggul (BPTU) kambing domba dan itik Pelaihari, Kalimantan Selatan untuk
mengembangkan hasil persilangan tersebut dan menghasilkan itik hibrida petelur
dan pedading unggul yang disebut sebagai itik MA-2000 atau yang lebih populer
di kalangan peternak itik dengan sebutan itik raja (jantan) dan itik ratu
(betina) .
Oleh : Suryana
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan
Semoga bermanfaat!
0 komentar:
Posting Komentar